Dasar hukum poligami disebutkan dalam surat an-Nisa' ayat 3 yang artinya:
"Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki yang demikian itu adalah lebih dekat tidak berbuat aniaya."
Sebenernya udah lama gak mikirin tentang ini, tapi karena kemarin baru liat sebuah keluarga yang menjalani poligami... yaaa.... jadi terpikir lagi..
Aku pun tidak akan menggugat hukum Tuhan tentang poligami, karena Dia pasti tau yang terbaik untuk ciptaan-Nya.
Tetap salahnya ada di manusia yang menjalankan hukum tersebut..
Menurutku, hukum poligami itu dimungkinkan karena adanya alasan2 khusus, yang paling utama mungkin adalah untuk menghindari perzinahan.
Tapi aku bukan ahlinya untuk membahas itu semua, yang aku ingin ceritakan cuma tentang apa yang tertangkap oleh mataku, akibat dari poligami yang dijalankan oleh para pria yang seharusnya kurang berkompeten untuk melakukan poligami tersebut...
Seperti si Ibu yang aku temui kemarin itu sudah dimadu oleh suaminya selama 10 tahun...
Tapi dari cara dia bercerita, seakan-akan kejadian itu baru terjadi kemarin... Kalau ketika dia sedang hamil anak kedua (10 tahun lalu), sang madu mendatangi rumahnya lalu melempar batu ke kaca jendela rumahnya. Betapa kejadian itu begitu itu melekat dihati dan pikirannya serta anak-anaknya...
Kebetulan yang aku temui kemarin itu Istri tua.
Dilain episode hidup, dulu pernah juga ketemu sama seorang wanita yang berperan sebagai istri muda...
kebetulan si mbak yang bantu2 dirumah waktu di Lampung dulu, menjadi madu dari seseorang.
Tapi dari cerita2nya juga gak enak menjadi madu, suami jarang pulang, perekonomian keluarga sulit...
Inti ceritanya sama lah, dari cerita mereka gak ada yang merasa bahagia, semua merasa menderita...
dari segi ekonomi, kasih sayang, intensitas pertemuan, dll...
Jadi, kupikir.. untuk para bapak2 yang ingin membagi kasih sayang, berpikirlah yang matang. Apa niat utama yang mendasari untuk melakukan poligami? Apa yang dicari dari semua itu? Benarkah akan mendapat kebahagiaan dari melakukan poligami? atau hanya kesenangan yang semu saja karena semata2 memperturutkan nafsu?
Bisakah benar2 bahagia apabila diatas kebahagiaan itu ada yang merasa terluka? terutama perasaan dari istri pertama dan anak2 yang akan membekas seumur hidup mereka?
Ah, mungkin aku saja yang terlalu apatis ya? ada juga cerita tentang keluarga poligami yang bahagia, antar istri hidup rukun, saling membantu mengurus suami mereka, trus tinggal di rumah yang jaraknya berdekatan atau bahkan yang berkumpul disatu rumah ?
Bisa saja...
Tapi aku baru hanya bisa baca kisahnya di majalah, belum pernah menemui kisahnya dengan mata kepala sendiri.
Kembali ke ceritaku tentang si Ibu...
Ada yang bilang gini ke si Ibu yang istri pertama, " ya sudah, diikhlaskan saja... nanti dapat banyak pahala dari keikhlasan itu"
Hemh.... yaa. klo nasi udah jadi bubur mau diapain lagi. Tapi klo masih bisa memilih, dan aku yang dibilangin gitu, aku pasti jawab, "aku pilih ladang amal yang lain aja deh buat depetin pahala yang lebih banyak. Masih banyak ladang amal yang lain."
Trus apa enaknya dimadu atau menjadi madu?
kenapa madu yang harusnya manis kenapa jadi berubah rasa menjadi pahit?
Yeah... it's just a personal opinion. Boleh kan?