Ada banyak hal di dunia ini yang kadang tidak ku mengerti...
kadang apa yang kupandang kurang baik, tapi di pertahankan oleh orang lain...
ada yang kupikir baik, tapi ditinggalkan oleh orang lain...
Termasuk juga dalam hal jodoh....
Mungkin karena aku sudah mengalami lebih dulu, jadi bisa mengatakan ini, walau juga gak bisa jadi patokan sebuah kebenaran.
Kami dibesarkan di lingkungan yang sangat menjunjung tinggi kepatuhan pada orang tua, termasuk juga dengan masalah yang diatas tadi. Ketika dulu datang seseorang yang kupandang agama nya baik, dan aku sudah menyiratkan bahwa aku setuju untuk dilamar, tapi ketika kusampaikan kepada Ibu, ternyata Ibu gak setuju.. alasan satu2 nya adalah karena ketika itu aku masih muda. Mungkin ketika itu aku kecewa, tapi apapun kata beliau akan aku turuti karena baktiku pada orang tua. Dan seiring perjalanan waktu ternyata Allah menggantikan seseorang itu dengan jodoh yang terbaik untukku, yaitu suami tercinta sekarang. Saat ini aku menyadari bahwa dia lah pilihan terbaik dari Allah yang bisa kudapatkan dari semua pria yang dulu datang untuk melamar. Dari semua sisi, dia adalah imam terbaik yangdiberika Allah untukku, untuk menjadi suami yangmenemani dunia dan akhiratku serta menjadi ayah terbaik untuk anak2 ku dan sekarang aku bersyukur dulu aku menuruti kata ibuku.
Dan kejadian itu terjadi lagi sekarang, ada seorang ibu, rekan kerja di kantor yang bercerita tentang anak gadisnya yang menjalin hubungan jarak jauh dengan seseorang di luar pulau. Si anak gadis sepertinya benar2 sudah jatuh cinta. Sang Pria juga sudah pernah datang ke rumah mereka untuk berkenalan dengan keluarga si Ibu tadi sekaligus berniat melamar. Tapi si Ibu secara halus menolak karena melihat si Pria sepertinya masih jauh dari kriteria yang dia harapkan untuk anak gadisnya... dan aku sendiri selalu percaya, bahwa seorang ibu pasti punya semacam indera ke enam untuk melihat pribadi seseorang apalagi yang berkaitan dengan jodoh anaknya. Si anak pun mendengar itu dan jadi ngambek dengan menelantarkan kuliahnya.
Ketika si Ibu bercerita dengan linangan air mata, aku jadi terenyuh... bagaimana kalau nanti kisah seperti ini juga terjadi padaku dan anak2 gadisku?
aku mengerti kekhawatiran si Ibu tentang pria seberang lautan itu... dengan pekerjaan yang belum tetap, kondisi keluarga si Pria yang tidak diketahui oleh si Ibu secara detil, bagaimana beliau bisa menyerahkan anak gadisnya?
Aku juga seorang ibu sekarang.. jadi aku bisa merasakan apa yang dia rasakan...
mungkin kalau aku masih seusia anaknya, yang ada dipikiranku adalah, kenapa harus dilarang? toh cinta sama cinta, harusnya di restui aja. Pasti menurut si anak gadis, si Pria adalah orang yang baik.
Ketika si Ibu berkata,,, dia hanya mengkhawatirkan hidup anaknya nanti bagaimana.. apalagi kalau nanti beliau sudah di panggil Ilahi.. Dia hanya ingin anak nya bahagia, tidak menderita setelah menikah. Aku pun ikut berurai air mata mendengarnya....
Si Ibu berharap si anak bisa mandiri dulu dengan hidupnya, tidak tergantung sepenuhnya pada suami, jadi suatu ketika bila terjadi sesuatu pada rumah tangga anaknya, dia masih bisa tetap hidup dengan baik.
Aku pikir tidak ada yang salah dengan kekawatiran si Ibu....
Apalagi kata si Ibu, anak perempuannya adalah anak yang tertutup, dia khawatir kalau setelah menikah lalu dibawa keseberang pulau, kemudian terjadi apa-apa, si anak tidak akan pernah bercerita pada nya dan hanya dipendam sendiri.
Aku hanya berpikir, sebesar itu lah kasih sayang seorang Ibu yang sudah melahirkan, membesarkan dan merawat si anak seumur hidup anak tersebut, tapi ketika si anak jatuh cinta dengan seorang pria yang baru saja ditemui nya 1 atau 2 tahun terakhir, sang ibunda tiba2 saja disingkirkan dari hatinya.
Ya... aku hanya bisa berkata agar si Ibu bersabar dan banyak berdoa kepada Allah... semoga segera diberikan jalan yang terbaik.
Tapi pesan ku kepada semua anak yang membaca tulisan ini, jangan lupakan kasih sayang orang tua yang telah merawat kita dari dalam rahim sampai besar hanya karena cinta kepada seseorang yang baru kita kenal lalu kita sudah merasa kita tidak bisa hidup tanpa dia. kalau memang begitu, selama hidup kita sebelum kita mengenal dia, kenapa kita bisa hidup? kita bisa hidup karena kasih sayang orang tua, karena ibu yang bertaruh nyawa melahirkan kita, menahan rasa sakitnya agar kita bisa melihat dunia, memberikan air susunya selama dua tahun supaya kita tak kelaparan. menyuapi dengan tangan mereka, menjaga kita, rela tidak tidur ketika kita sakit, bekerja keras mencari uang agar segala kebutuhan kita terpenuhi. Tak akan pernah cukup emas dan uang didunia ini untuk membalas semua jasa mereka. Lalu, apa salahnya jika kita sedikit mendengarkan mereka?
Mereka hanya menginginkan kebaikan untuk kita, anak-anak mereka. Ridho mereka, ridho Allah juga...
smoga kita bisa selalu membahagiakan orang tua, bersikap patuh dan taat kepada mereka selama itu dalam kebaikan dan syar'i. Smoga Allah membalas segala kebaikan mereka untuk kita anak-anaknya dengan ampunan dan surga-Nya, aamiiin...