Disiplin Anggaran, Bermanfaatkah?
Kemarin saya diminta oleh teman di subbagian
Kepegawaian untuk menulis sebuah esai mengenai pengalaman terkait disiplin yang
dapat menjadi inspirasi bagi pegawai lainnya. Terus terang, saya agak bingung
mau menuliskan apa karena menurut saya pekerjaan yang saya jalani saat ini
tidak punya banyak kisah tentang kedisiplinan yang bisa saya ceritakan.
Akhirnya saya memutuskan untuk menulis tentang disiplin anggaran sesuai dengan
pekerjaan yang diamanahkan kepada saya sekarang. Itulah yang coba saya tulis
dalam esai kali ini.
Kisahnya saya awali dari empat tahun yang lalu
ketika saya memutuskan untuk ikut beasiswa S2 Star dari BPKP. Sebagai seorang
lulusan dari Prodip 1, saya berkeinginan untuk terus dapat mengembangkan
kapasitas diri melalui pendidikan. Empat tahun yang lalu datanglah kesempatan
untuk bisa mengikuti seleksi S2 untuk saya. Selain syarat tertulis untuk
mengikuti seleksi S2, ada juga syarat tidak tertulis yang berasal dari suami.
Suami mengizinkan saya untuk sekolah lagi asal tidak perlu pindah kota karena kalau
itu terjadi, kami harus memboyong 4 orang anak yang masih kecil-kecil sedangkan
pada saat itu suami bertugas di Pontianak dan saya bertugas di Semarang. Satu-satunya
beasiswa yang menawarkan Universitas Diponegoro sebagai salah satu tempat
kuliah saat itu adalah beasiswa Star dari BPKP. Dengan penuh harapan, saya
mengikuti seleksinya dan alhamdulillah mendapatkannya dengan jurusan magister
akuntansi pemerintahan. Pendidikan itulah yang mengenalkan dan mengantarkan
saya ke dunia baru, yaitu pengelolaan keuangan negara setelah 14 tahun berkutat
dengan pajak. Pendidikan itu pula yang menautkan saya ke penempatan sekarang,
yaitu di subbagian keuangan karena setelah lulus dengan beasiswa tersebut saya diikat
dengan perjanjian bahwa harus ditempatkan juga di bidang yang terkait pengelolaan
negara paling tidak selama 2 tahun.
Di bagian keuangan inilah saya mulai berkenalan
dengan penyusunan anggaran sampai dengan pembuatan laporan keuangan. Hal yang asing
dan menyulitkan buat saya pada awalnya tapi setelah menjalaninya, mengajarkan
saya banyak hal. Pekerjaan ini menuntut kita untuk jadi peramal yang
profesional karena anggaran disusun T-2 atau dua tahun sebelum anggaran
dilaksanakan sehingga kita harus memproyeksikan dan merencanakan dengan tepat
rencana kegiatan yang akan dilakukan 2 tahun mendatang beserta jumlah anggaran
yang dibutuhkan. Terkadang hal ini menimbulkan banyak tantangan dilapangan,
seperti misalnya ketika DJP mencanangkan program tax amnesty padahal kegiatan itu tidak direncanakan dan dianggarkan
pada 2 tahun sebelumnya. Pada tahun 2017, kantor saya masih punya pekerjaan
rumah untuk mengirimkan berkas wajib pajak yang mengikuti tax amnesty ke PPDDP Makassar yang tidak
ada anggarannya pada DIPA TA 2017 kantor saya. Pengiriman tersebut membutuhkan dana yang tidak sedikit karena
ada 1 ton lebih berkas yang harus dikirim. Pada saat itu bidang yang
bertanggung jawab untuk pengiriman berkas tersebut tidak mempunyai dana untuk biaya
pengirimannya. Kami di bagian keuangan diminta oleh atasan untuk
mengidentifikasi apakah ada dana dari bidang lain yang dapat di hemat dan
direvisi sehingga berkas-berkas tersebut dapat terkirim. Berkat bekerja sama
dan tambahan dana dari bidang yang lain akhirnya pengiriman dapat berjalan
dengan lancar.
Pada tahun 2017 kami juga diminta menyediakan
dana dari optimalisasi anggaran sendiri untuk memenuhi kebutuhan tambahan pembelian peralatan
forensik digital karena kebutuhan tersebut belum dianggarkan pada TA 2017. Peralatan forensik digital tersebut akan digunakan dalam
rangka pemeriksaan untuk melakukan pengolahan data dalam proses investigasi
berupa pengumpulan data elektronik, analisis, pelaporan hasil temuan dan
penyimpanan dalam bentuk yang sesuai secara forensik sehingga hasil forensik
digital dapat diterima di pengadilan. Melihat keterbatasan dana yang ada ketika
itu, kami mencoba untuk meminta dana tambahan dari kantor pusat, tapi sampai
dengan menjelang akhir tahun 2017 dana tersebut tidak turun. Pada awal tahun
2018, kami berusaha mengakomodasi kebutuhan peralatan forensik yang sangat
dibutuhkan oleh teman-teman di Pemeriksaan dengan mengusulkan revisi anggaran
belanja modal yang dana nya berasal dari
optimalisasi anggaran masing-masing bidang sebesar 20 %. Semua bidang sepakat
untuk ‘urunan’ berhemat dari dana yang ada sehingga kebutuhan barang modal 2018
selain peralatan forensik juga dapat terealisasi. Alhamdulillah, akhirnya
revisi anggaran untuk belanja modal dapat terlaksana dan pada bulan Maret 2018
peralatan forensik dapat dibeli. Saya menyaksikan adanya sinergi antar
bidang dikantor kami dengan menepikan ego sektoral masing-masing untuk mencapai
tujuan organisasi secara bersama-sama, dimana apabila ada bidang yang
kekurangan dana untuk menjalankan suatu program, dapat melakukan join program
atau meminta bantuan tambahan dana ke bidang yang lain.
Dari permasalahan yang dihadapi saya bisa
belajar seni nya mengelola anggaran yang terbatas tapi tetap dapat mencapai
output yang ditetapkan serta mengakomodir kebutuhan teman-teman terkait
pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi bersama-sama. Optimalisasi anggaran tidak dapat
tercapai tanpa adanya kerjasama semua pihak untuk melakukan disiplin anggaran
dengan melakukan semua kegiatan untuk mencapai suatu output sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan dan dana yang sudah dianggarkan bahkan bisa lebih rendah
sehingga dapat melakukan efisiensi yang sisa dananya bisa dipakai untuk
kegiatan yang lain. Itulah disiplin anggaran yang dilakukan dikantor kami, yang
apabila dilakukan akan mampu meningkatkan produktivitas kerja dengan anggaran
yang terbatas.
Disiplin anggaran itu sendiri berbuah manis karena pada
bulan Maret 2018 kantor kami mendapatkan penghargaan terbaik III satker dengan
kinerja pelaksanaan anggaran terbaik tahun 2017 dari Kanwil Ditjen
Perbendaharaan Jawa Tengah. Aspek yang dinilai untuk penghargaan tersebut dimulai
dari kesesuaian perencanaan dan pelaksanaan anggaran, aspek kepatuhan terhadap
regulasi dan aspek efektivitas serta efisiensi pelaksanaan kegiatan. Selain
itu, IKU untuk pelaksanaan anggaran pada tahun 2017 kantor kami juga tercapai
diatas 100 persen karena adanya efisiensi anggaran. Sebagai pegawai DJP yang
tugas utamanya adalah mengumpulkan penerimaan pajak untuk negara, saya sendiri
merasa bertanggung jawab untuk mengelola pengeluaran negara dengan baik karena
saya juga melihat sendiri betapa susahnya teman-teman di DJP mengumpulkan pajak
sehingga untuk pengeluaran negara harusnya juga dilakukan dengan bijak.
Terkait dengan disiplin
sendiri, menurut saya, disiplin juga dapat diartikan secara luas, tidak hanya
masalah ketepatan waktu saja. Disiplin tidak hanya tercermin dari ketepatan
waktu datang dan pulang kerja tapi juga tercermin dari cara seseorang
melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya dengan bertanggung jawab. Untuk
saya, berusaha bekerja dengan baik dan bertanggung jawab merupakan salah satu
bentuk rasa syukur kepada Allah SWT karena telah diberikan tempat untuk
bekerja, rezeki yang baik dan halal untuk keluarga. Saya berharap semoga
pekerjaan yang saya lakukan saat ini tidak hanya sebagai ladang rejeki untuk
keluarga tapi juga bisa memberikan manfaat untuk instansi dan orang lain
sehingga Allah SWT Meridhoi dan berkenan menilainya sebagai sebuah kebaikan dan
memperberat timbangan kebaikan saya di akhirat nanti.
Posting Komentar