Safiamita
Pernahkah terbayang apabila pasangan hidup kita harus berpulang lebih dahulu kepada Yang Maha Kuasa?
Apa yang harus kita lakukan? Aku juga tak pernah terbayang bila hal itu terjadi....

Terkadang pemikiran kita dalam menyikapi segala sesuatu dipengaruhi juga oleh lingkungan dimana kita menghabiskan hidup, berkembang sesuai dengan adat istiadat dan budaya yang ada di sekitar kita. Apa yang dianggap benar disana, biasanya itulah yang menjadi kebenaran untuk kita.  Karena aku sampai masa remaja tinggal di lingkungan keluarga di Palembang, yang apabila seorang istri ditinggal meninggal dunia oleh sang suami, biasanya sang istri gak akan menikah lagi. Mereka lebih fokus untuk mendidik dan membesarkan anak-anaknya saja, menjadi orang tua tunggal, berjuang sendiri untuk hidup anak-anak mereka. Klo suami yang ditinggal istri, ada yang menikah lagi tapi ada juga yang memilih tetap sendiri dan membesarkan anak-anak mereka sendiri. Dari lingkungan keluarga besar sendiri, ada 2 orang dari saudara Ayah dan 3 orang dari saudara Ibu yang suaminya meninggal ketika anak-anaknya masih kecil, namun mereka tidak berpikir untuk menikah lagi. Singkatnya, dulu itu yang ada dipikiranku, seperti itulah langkah yang benar. Harusnya klo ditinggal meninggal oleh suami/istri, gak usah menikah lagi... Urus aja anak-anaknya baik-baik. Klo ada yang ditinggal suami atau istri meninggal lalu mereka menikah lagi, aku memandangnya seakan-akan itu adalah sebuah pengkhianatan terhadap istri/suami yang meninggal trus kasian juga sama anak-anaknya klo harus punya ayah/ibu tiri. Paradigmanya, ayah/ibu tiri pasti gak besikap baik pada anak-anak tiri mereka. Makanya aku selalu memandang sinis, klo ada yg ditinggal suami/istri meninggal dunia lalu mereka menikah lagi. Apalagi klo yang meninggal itu belum lama, istilahnya tanah kuburannya aja belum kering tapi sudah menikah lagi. 
Pemikiran itu bertahan sampai aku kuliah di kampus STAN tahun 2006. Ketika itu bertemu dengan seorang dosen laki-laki yang masih muda dan punya 2 orang anak yang masih kecil-kecil. Beliau sempat bercerita sedikit tentang hidupnya ketika perkenalan kuliah perdana. Beliau bercerita kalau istrinya meninggal ketika melahirkan anak ke-3. Setelah proses persalinan, anak ke-3 nya tidak bertahan hidup, lalu keesokan harinya, Sang Ibu menyusul.. Beliau bilang, 3-4 bulan setelah sang Istri meninggal, beliau masih larut dalam kesedihan tapi seiring berjalannya waktu, Beliau berpikir bahwa hidupnya dan anak-anaknya tetap harus berjalan, bahwa ternyata hidupnya tidak terhenti ketika sang Istri meninggal dunia... Beliau masih punya 2 anak yang harus diurus. Akhirnya beliau bisa bangkit dari kesedihan dan memutuskan untuk menikah lagi, demi anak-anaknya juga.. agar ada yang merawat, mendidik dan membesarkan mereka. Alhamdulillah, sang Ibu tiri sangat baik kepada anak2nya, dengan mudah dapat menyesuaikan diri dan bisa diterima oleh anak2nya. Untuk yang terakhir ini, sudah kubuktikan sendiri, pernah bertemu keluarga mereka dan melihat kedua anaknya begitu akrab dengan sang ibu tiri dengan bergelayut manja di lengannya. Begitulah, beliau menutup ceritanya dengan kesimpulan bahwa, keputusannya untuk menikah lagi bukan berarti bahwa Beliau tidak mencintai istrinya yang telah meninggal, tapi hidup harus terus berjalan dan menikah adalah pilihan nya untuk melanjutkan hidupnya dengan berbagai pertimbangan....
Saat itulah, seperti mendapat pencerahan dan pemikiranku berubah.. tidak lagi memandang sinis dan berpikiran sempit terhadap orang yang menikah lagi setelah ditinggal meninggal dunia oleh suami/istri.. Ternyata ada banyak pertimbangan disana, dan menikah lagi itu pun tidak bisa disebut sebagai sebuah pengkhianatan... 
Yang terpenting adalah hidup harus terus berlanjut, terserah pada yang punya hidup, untuk menjalani hidupnya dengan tetap menjadi single parent atau mendapatkan pasangan yang baru, yang terpenting adalah semua langkah dipikirkan dengan matang dan dapat mendatangkan kebaikan untuk semua, terutama untuk anak-anak yang ada diantara mereka.
Label: | edit post
1 Response
  1. AMS Says:

    Klu memang Tuhan msh mengizinkan aku tuk menikah lagi, maka saya tentu juga berharap bisa mendpt ibu tiri yg baik (spt yg digambarkan dlm artikel di atas) utk anak2ku.


Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails

Galeri