Safiamita



Jalan-jalan ke Solo, masa gak makan tengkleng ya? Diriku dan suami pingin nyobain tengkleng buatan asli solo rasanya kayak apa. Jadilah, diantar temen yang asli Solo ke tempat makan yang sederhana tapi lumayan rame, katanya disitu masakannya enak. Singkat cerita, sampailah disana. Tapi kata si penjual Tengkleng sesi 2 sudah habis, tengkleng sesi 3 sedang dimasak. kalau masih berminat, pesan dulu dan harus nunggu satu jam lagi. Weitss, satu jam ? ya, OK deh. sambil nunggu, kita ke serabi notosuman, tapi jawabannya sama, habiis juga.

Lanjut ke Tengkleng, satu jam kemudian kembalilah kita ke warung makannya. Dari hasil wawancara singkat sama si penjual, dia bisa menghabiskan 5 ekor kambing sehari untuk rumah makannya. Untuk membuat tengkleng katanya dia perlu 50 kg tulang kambing per hari, padahal katanya lagi, satu kambing itu tulangnya hanya sekitar 2.5 kg. Hemmh.. berarti berapa kambing ya, yang perlu 'dikorbankan' untuk membuat tengkleng setiap harinya di solo. Itu baru untuk satu penjual, di solo ada berapa rumah makan yang menyajikan menu yang sama?

Daripada bingung ngitung2, kita langsung santap ajah tengkeng dan sate yang telah tersaji di meja, manttaaph..
Label: | edit post
0 Responses

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails

Galeri