Safiamita

Satu lagi novel karangan Tere-Liye yang selesai aku baca. Kali ini rasanya ceritanya dan alurnya lebih 'njelimet' di banding bidadari-bidadari surga. Rada berat bacanya dan hemh.. agak membosankan ketika membaca setengah buku, tapi setengah buku berikutnya baru lah terasa mengharu biru, bagian yang paling aku suka adalah bagian saat Ray mereguk kebahagiaan dunia bersama istrinya. Begitu sederhana, romantis, menyenangkan tapi mengharukan.

Ada beberapa yang aku pahami setelah membaca cerita ini :




  1. Hidup itu ternyata terlalu pendek untuk terus menyalahkan keadaan, menyalahkan orang lain, menyalahkan takdir bahkan menyalahkan Tuhan atas apa yang telah terjadi pada diri kita. Sebelum menyadari kesalahan kita sendiri ternyata baru disadari bahwa diri telah renta termakan usia dan kita tidak mendapat apa-apa dari itu semua.


  2. Sering kita menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi pada diri kita, tapi kita terlupa bahwa kita juga menjadi sebab bagi orang lain. Untuk yang satu ini, aku punya satu kisah nyata, tapi sepertinya rada 'njelimet' juga buat diceritakan, ya aku coba deh. 31 tahun yang lalu, ada seorang wanita muda yang baru menikah dan terpaksa tinggal sementara di rumah iparnya karena sang suami belum punya pekerjaan tetap. Sebelum menikah, dia sudah memiliki sebuah kalung & liontin yang sangat disukainya dan dibelinya dari jerih payahnya sendiri. Setelah menikah, kalung itu dipegang oleh sang suami. Tak berapa lama, dia menanyakannya kepada sang suami. Tenyata kalung itu dipinjam oleh iparnya yang punya rumah. Ketika si Wanita memintanya kembali, ternyata kalung itu sudah dijual oleh Iparnya dengan alasan sang suami berhutang padanya. Demi mendengar cerita itu, Si wanita seperti sudah tidak menginjak bumi lagi. dia marah, sedih bercampur kecewa, barang miliknya (tanpa pemberitahuan terlebih dahulu) telah dijual oleh orang lain. Dia merasa sangat terdzolimi.... lalu keluar rumah dan berdoa dengan mengangkat kedua tangannya, doanya sederhana " YA Allah, smoga Engkau memberiku rezeki lebih dari itu, dan aku tidak akan menumpang lagi dengannya tapi suatu saat dia yang akan menumpang padaku." Doa yang sederhana bukan? tapi keluar dari mulut orang yang sedang merasa terdzolimi. Doa itu terkabul 18 tahun kemudian. Iparnya kehilangan rumah yang ditempatinya, dan kemudian menumpang di (salah satu) rumah si Wanita karena saat itu si Wanita berhasil memiliki 2 rumah dari jerih payahnya sendiri. Si Wanita tidak akan melupakan peristiwa itu dan doanya yang telah terkabul, tapi si Ipar mungkin tidak akan pernah sadar tentang apa yang telah dia perbuat dan menyebabkan hidupnya jadi seperti itu. Entahlah, hanya Allah yang Maha Mengetahui segalanya. tapi menurutku, hikmahnya adalah sudah seharusnya berhati-hati dalam berbuat dan melangkah agar meminimalisasi orang lain tersakiti oleh kita baik karena kata atau perbuatan kita baik yang disengaja ataupun tidak disengaja (tidak kita sadari). Yaaaa... aku sendiri pun sering terlupa tentang itu.


  3. Lanjut tentang novel ini. Yang ketiga, ternyata masuk surga itu hanya perlu satu mimpi/keinginan (baik) yang sederhana tapi dimaknai dan dijalankan dengan segenap jiwa raga. Seperti mimpi sederhana istri Ray. Dia tak inginkan apa-apa dari suaminya hanya menginginkan sang suami ikhlas atas apa yang dia perbuat untuk sang suami kemudian suaminya menjadi Ridha atas dirinya. itu saja. Ridha sang suami itu pula ternyata yang mampu membawanya ke surga, smoga, amiin. ( NB : buat suami tercinta, klo baca tulisan bunda ini, jangan lupa ya, istrinya di ridhai dan diikhlaskan, bunda juga pingin masuk surga lho, ayahh :) )


  4. Tentang 5 pertanyaan yang ada di buku ini dan pasti sering juga terlintas dipikiran kita, yaitu : "Apakah itu cinta ? Apakah hidup ini adil? Apakah kaya adalah segalanya? Apakah kita memiliki pilihan dalam hidup? apakah makna kehilangan?" heeemmhh... temukan jawabannya dengan membaca bukunya sendiri yaaa. Selamat membaca !
Label: | edit post
0 Responses

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails

Galeri